Jumat, 21 Oktober 2011

Majelis Dzikir dengan Suara Keras April 11, 2007 pada 6:10 am (Agama, Ilmu) Kutipan hadis qudsi berikut, dimulai dengan, �Mereka yang mengingat-Ku dalam suatu majelis,� mengadakan perkumpulan untuk berdzikir keras secara kolektif sebagai pintu gerbang untuk mendapatkan janji Allah SWT �Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingatmu� Tidak heran bila perkumpulan semacam itu mendapat pujian yang tertinggi dan berkah dari Allah SWT dan Rasulullah SAW sebagaimana dinyatakan dalam banyak hadis yang autentik.Menurut Bukhari dan Muslim:�Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT mempunyai malaikat yang berkelana untuk menemukan orang-orang yang berdzikir [dan dalam versi yang lain dari Imam Muslim, majalis, �perkumpulan� dzikir]. Ketika mereka menemukan sekelompok orang (qawm) yang berdzikir dengan keras [dalam Imam Muslim yang lain dikatakan bahwa mereka duduk bersama mereka], mereka memanggil satu sama lain dan menempatkan diri mereka dalam sebuah lapisan sampai ke surga yang pertama. (Ini untuk menyatakan para malaikat dalam jumlah yang tidak terbatas akan berada di atas mereka. Dia tidak mengatakan, �Ketika mereka menemukan satu orang.� Oleh sebab itu untuk mendapatkan ganjaran semacam ini harus dilakukan dalam suatu kelompok.) Allah SWT bertanya kepada para malaikatnya dan Dia telah mengetahuinya, (Dia bertanya untuk menekankan apa yang dikerjakan oleh hamba-Nya dan untuk memfasilitasi pemahaman kita), �Apa yang dikatakan oleh hamba-hamba-Ku?� (Dia tidak berkata, �hamba,� tetapi ibadi, �hamba-hamba� dalam bentuk jamak). Para malaikat berkata, �Mereka memuji-Mu (tasbih) dan mengagungkan Nama-Mu (takbir), dan memberi-Mu Atribut terbaik (tamjid). Allah SWT bertanya, �Apakah mereka pernah melihat-Ku?� Para malaikat berkata, �Wahai Tuhanku! Mereka tidak melihat-Mu.� Dia bertanya lagi, �Bagaimana jika mereka melihat-Ku?� Malaikat menjawab, �Wahai Tuhanku, jika mereka melihat-Mu mereka akan lebih sungguh-sungguh lagi dalam beribadah, tamjid dan tasbih. Dia bertanya, �Apa yang mereka minta?� Para malaikat menjawab, �Mereka memohon surga-Mu!� Dia bertanya, �Apakah mereka sudah melihat surga?� Mereka berkata, �Wahai Tuhan kami, tidak, mereka belum melihatnya.� Dia berkata, �Dan bagaimana keadaan mereka bila mereka melihatnya?� Mereka berkata, �Jika mereka melihat surga, mereka akan lebih terikat dan tertarik kepadanya!� Dia bertanya, �Apa yang mereka takutkan dan lari darinya? (Ketika seseorang mengatakan, �Ya Ghaffar (Wahai Yang Maha Pengampun), Ya Sattar (Wahai Yang Maha Menyembunyikan)�, itu berarti seseorang takut kepada-Nya karena dosa-dosanya. Orang itu memohon kepada-Nya untuk menyembunyikan kesalahannya dan memohon ampunan-Nya.) Mreka berkata, �Mereka takut dan melarikan diri dari api neraka.� Dia berkata, �Dan apakah mereka telah melihat api neraka?� Mereka berkata, �Wahai Tuhan kami, tidak, mereka belum melihat api neraka.� Dia bertanya, �Bagaimana jika mereka melihat api neraka?� Mereka berkata, �Jika mereka melihat api-Mu mereka akan melarikan diri sejauh-jauhnya, dan bahkan akan lebih takut lagi.� Dan Allah SWT berkata, �Aku menjadikanmu sebagai saksi (Allah SWT tidak membutuhkan saksi karena Dia mengatakan, �Cukup Allah SWT saja sebagai saksi� (4:79, 4:166, 10:29, 13:43, 29:52). �Menjadikanmu sebagai saksi� di sini maksudnya �menjamin kalian�) bahwa Aku telah mengampuni mereka.� (Allah SWT telah mengampuni mereka karena, sebagaimana pada awal hadis dinyatakan bahwa mereka adalah sekelompok orang yang mengucapkan Nama-nama Allah SWT dan mengingat-Nya melalui dzikir). Salah satu malaikat berkata, �Wahai Tuhanku, seseorang berada di sana yang tidak tergabung dalam majelis itu, tetapi datang atas maksud yang lain.� (Orang itu datang dengan niat bukan untuk berdzikir, untuk meminta sesuatu kepada seseorang). Allah SWT berkata, �Majelis ini adalah sedemikian rupa sehingga orang yang duduk bersama mereka diampuni dosa-dosanya.�Almarhum Imam Ahmad Mashhur al-Hadad (meninggal pada 1416/1995) berkata dalam bukunya Miftah al-janna:�Hadis ini menunjukkan keutamaan yang terdapat dalam majelis dzikir, dan pada setiap orang yang hadir melakukannya dengan keras dan serempak, karena frase-frase, �Mereka memohon kepada-Mu� dalam bentuk jamak, dan �Mereka adalah orang-orang yang duduk,� mempunyai arti bahwa mereka yang berkumpul untuk mengingat Allah SWT dan mengerjakannya secara serempak, sesuatu yang hanya bisa dilakukan dengan keras, karena seseorang yang berdzikir pelan, dalam hati tidak perlu mencari suatu pertemuan dengan orang lain.�Lebih jauh hal ini ditunjukkan oleh hadis qudsi yang berbunyi, �Allah SWT berfirman, Aku seperti yang diharapkan oleh hamba-Ku, Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku dalam hatinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika dia mengingat-Ku dalam kelompok, Aku menyebutkan namanya dalam suatu pertemuan yang lebih baik darinya��(Bukhari dan Muslim). Jadi, dzikir dalam hati dibedakan dengan dzikir keras melalui firman-Nya, �mengingat-Ku dalam dirinya,� yang berarti, �dalam hati (diam),� dan �dalam suatu kelompok,� yang berarti �keras�.Dzikir dalam suatu majelis hanya bisa dilakukan dengan keras dan serempak. Sehingga hadis di atas mengandung bukti bahwa dzikir yang dilakukan dengan keras dalam suatu majelis merupakan sejenis dzikir yang dimuliakan yang disebutkan dalam majelis tertinggi (al-mala al-ala) oleh Tuhan kita Yang Maha Mulia dan para malaikat yang berada di dekat-Nya, �yang terus mengagungkan-Nya siang dan malam, dan tidak pernah merasa lelah� (21:20).Daya tarik merupakan bukti yang jelas antara mereka yang melakukan dzikir di dunia abadi, yang telah diciptakan dengan kepatuhan yang telah melekat dalam dirinya dan mengingat Allah SWT menjadi sifatnya dan dinamakan malaikat dengan mereka yang melakukan dzikir di dunia yang padat, yang sifatnya dipenuhi dengan kelemahan dan gangguan dan dinamakan manusia. Ganjaran bagi manusia dalam melakukan dzikir adalah mereka akan diangkat ke peringkat yang serupa dengan Majelis Tertinggi, yang kemuliaan dan kenikmatannya cukup bagi setiap orang. (Imam Ahmad Mashhur al-Hadad, Miftah al-janna, terj. Mustafa Badawi, Key to the Garden, Quilliam Press hal.107-108) Allah SWT memberikan perbedaan yang nyata bagi mereka yang mengingat-Nya. Abu Hurayra y berkata,�Dalam perjalanan ke Makkah, Rasulullah SAW melewati puncak sebuah gunung yang dinamakan Jumdan (=membeku di tempatnya), pada saat itu beliau berkata, �Bergeraklah (siru)! Ini adalah Gunung Jumdan, dan orang yang berpikiran tunggal (al-mufarridun) adalah yang paling utama.� Mereka bertanya, �Siapa yang berpikiran tunggal, wahai Rasulullah SAW?� Beliau berkata, �Pria dan wanita yang mengingat Allah SWT tanpa henti (al-dzakirun allah katsiran wa al-dzakirat).� (diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Muslim, dalam sahih-nya, pada permulaan buku Dzikir).Gunung itu menyusul orang-orang sebab gunung itu juga berdzikir. Ibnu Qayyim al-Jawziyya menerangkan bahwa istilah mufarridun mempunyai dua arti, yaitu: muwahhidun, orang-orang yang terikat dalam tauhid yang mendeklarasikan Ke-Esaan Allah SWT sebagai satu kelompok (tidak perlu sendiri), atau mereka yang beliau sebut ahad furada, orang yang sama namun sebagai individu yang duduk sendiri (Ibnu Qayyim al-Jawziyya, Madarij al-salikin). Dari contoh ini terbukti bahwa dalam keterangan Ibnu Qayyim al-Jawziyya, duduk dalam dzikir bisa dilakukan sendiri atau dalam kelompok. Dalam keterangan lain mengenai mufarridun, Ibnu Qayyim al-Jawziyya merujuk istilah tersebut kepada �mereka yang hatinya bergetar ketika mengucapkan dzikir Allah SWT, merasuk ke dalamnya secara terus-menerus, tidak mempedulikan apa yang orang katakan atau lakukan terhadap mereka.� Hal ini karena Rasulullah SAW bersabda, udzkur Allaha hatta yaqulu majnun �Mengingat dan menyebut Allah SWT sebanyak yang kalian inginkan, sampai orang berkata bahwa kalian gila dan bodoh.� (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya, Ibnu Hibban dalam Sahih-nya, dan al-Hakim yang menyatakan bahwa hadis itu sahih). Mufarridun adalah orang-orang yang sungguh hidup. Abu Musa y melaporkan, �Perbedaan orang-orang yang mengingat Tuhannya dengan orang yang tidak mengingat-Nya adalah bagaikan orang yang hidup dengan orang mati.� (Bukhari). Ibnu Umar y melaporkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, �Ketika kalian melintasi kebun-kebun di Surga, ambillah manfaat darinya.� Para sahabat bertanya, �Apa yang dimaksud dengan kebun-kebun di Surga itu, Ya Rasulallah e?� Beliau menjawab, �Lingkaran dzikir. Para malaikat Allah SWT berkelana mencari lingkaran dzikir, dan ketika mereka menemukannya, mereka akan mengelilinginya dengan rapat.� (Tirmidzi dan Ahmad menyatakan hadis ini hasan gharib).Abu Saiid al-Khudri y dan Abu Hurayra y melaporkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, �Ketika sekelompok orang mengingat Allah SWT, malaikat mengelilingi mereka dan rahmat menyelimuti mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan Allah SWT menyebutkan mereka mereka kepada mereka yang bersama-Nya.� (Diriwayatkan oleh Muslim, Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah dan Bayhaqi).Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi meriwayatkan dari Muawiya y bahwa,�Rasulullah SAW pergi menuju lingkaran para sahabatnya dan bertanya, �Apa yang membuat kalian duduk di sini?� Mereka menjawab, �Kami duduk di sini untuk mengingat dan menyebut Nama Allah (nadzkurullaha) dan untuk mengagungkan Dia (wa nahmaduhu) sebab Dia membimbing kita kepada jejak Islam dan Dia menganugerahkan nikmat kepada kita.� Dengan segera beliau mendesak mereka demi Allah SWT dan bertanya lagi apakah hanya itu alasan mereka duduk di sana. Mereka berkata, �Demi Allah, kami duduk di sini hanya untuk itu.� Saat itu Rasulullah SAW berkata, �Aku tidak meminta kalian untuk bersumpah karena ada kegelisahan di antara kalian, tetapi hanya karena Jibril u datang kepadaku dan memberitahuku bahwa Allah SWT mengatakan kepada malaikat bahwa Dia bangga kepada kalian!��Perhatikan bahwa dalam hadis di atas dinyatakan dengan kata jalasna, atau �kami duduk,� dalam bentuk jamak, bukan tunggal. Itu melambangkan adanya asosiasi manusia dalam suatu kelompok, dan bukan satu orang.Syahr bin Hawashab menyatakan,�Suatu hari Abu al-Darda y memasuki Masjid Bayt al-Maqdis ( Jerusalem) dan melihat orang berkumpul mengelilingi pemimpin dzikir mereka (mudzakkir) yang mengingatkan mereka. Mereka mengeraskan suara mereka, menangis dan berdoa. Abu al-Darda y berkata, �Hidup Ayahku dan Ibuku aku korbankan untuk mereka yang merintih terus menerus sebelum hari perintihan!� Lalu dia berkata, �Wahai Ibnu Hawshab, mari kita segera bergabung dengan mereka. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, �Jika kalian melihat semak belukar Surga, gembalakan ternakmu di sana.� Kami bertanya, �Wahai Rasulullah SAW, apa yang dimaksud dengan semak belukar Surga?� Beliau menjawab, �Lingkaran orang-orang yang mengingat, demi Dzat yang jiwaku berada dalam Genggamannya, tak satu pun orang yang berkumpul untuk mengingat Allah SWT kecuali dikelilingi dengan rapat oleh para malaikat, rahmat menyelubungi mereka, dan Allah SWT menyebutkan mereka dalam Kehadirat-Nya, dan ketika mereka ingin pergi, seseorang memanggil mereka dengan berkata, Pengampunan telah dibangkitkan, perbuatan buruk kalian telah diubah menjadi amal kebaikan!� Lalu Abu al-Darda y mendatangi mereka dan duduk bersama mereka dengan antusias.� (Hafiz Ibnu al-Jawzi menyatakan hal ini dengan rantai transmisinya dalam bab yang berjudul, �Sebutan bagi orang elit yang biasa menghadiri majelis pembaca hikayat� dalam bukunya al-Qussas wa al-mudzakkirin (Pembaca Hikayat dan Orang yang Mengingatkan) ed. Muhammad Basyuni Zaghlul (Beirut: Dar al-kutub al-ilmiyya, 1406/1986) hal. 31).Uraian di atas menunjukkan bukti-bukti mengenai bolehnya melakukan dzikir keras, dalam kelompok dan pengertian dzikir, termasuk memberi peringatan dan menceritakan kembali kisah-kisah yang bermanfaat bagi jiwa. waktu kalendar mutiara kata About Me My Photo PeJuaNg IsLaM k.terengganu, terengganu, Malaysia aku sbgai hamba Allah yg hdup di muka bumi untuk menjalankan kerja aku sbgai serg hamba.. iaitu beribadat..selain berjuang mengangkat agama islam ke tempat yg tertinggi dan mulia.. berjuang menegakkan islam di muka bumi ini.. View my complete profile gambar!!!!! gambar!!!!! bersama ust syed abd qadir bersama Ahli Rakan Masjid Blog Archive ▼ 2011 (9) ▼ June (9) Pantun MenGenaL diRi fadhilat zikir PESAN & WASIAT HABIB MUNZIR MASJID...UTK GOLONGAN MUDA ATAU TUA?? TIKET KE SYURGA maksiat boleh dilakukan dlm 3 keadaan? ~~~~SEBAIK-BAIK WANITA~~~~ Renungan Untuk Wanita hebatnya cinta sahabat pada Rasulullah ► 2010 (6) Followers katok!!!!! waa!!!!! Labels Ahmad Ridha Alias (1) Pantun MenGenaL diRi Posted on 7:44 PM by PeJuaNg IsLaM BISMILLAH itu mula disebut, Rahman dan Rahim sifat mengikut, Dunialah akhirat nyatalah luput, Jalan hakikat pula diturut. Alhamdulillah pujinya Insan, Robbil Alamin sifatnya Tuhan, Selawat Nabi akhir zaman, Muhammad Amin Abi Burahman. Jalan yang takzim pula dikata, Atas Nabi junjungan kita, Sahabat empat nyatalah serta, Tiada berhenti sekejap masa. Jalan hakikat sangat terbilang, Tiada binasa urat dan tulang, Daging dan darah tiada hilang, Maka sifat itu dibawa pulang. Jikalau sifat kita sudah binasa, Kepada Nabi tiada berjumpa, Segala amalan tiada tiba, Tiada dapat syurga yang baqa'. Jangan binasa sifatmu tuan, Tiada bertemu hamba dengan Tuhan, Hakikat kita tinggal di jalan, Segala amalan menjadi haiwan. Jika begitu kalau kita tidak mengkaji, Kepada Nabi mendapat keji, Malaikat tidak membawa wahyu, Allah tiada mungkirkan janji. Mengenal Tuhan tak boleh nyata, Kerana tak boleh dipandang mata, Hingga diri jua dicita, Kenal olehmu sifatnya kita. Tatkala Adam dengan Hawa, Dendam berahi antara keduanya, Napi dan Isbat itulah Dia, Kepada kita menjadi rahsia. Cari guru mengenal diri, Yang diamanat olehlah Nabi, Jangan takut penat dan rugi, Asalkan dapat ilmu sejati. Guru yang mursyid hendaklah dicari, Itulah ulamak mewarisi Nabi, Jika di situ ia mengajari, Di situlah tuan menyerah diri. Wahai sekalian saudara-saudaraku, Mengenal waktu biarlah tentu, Jikalau tak kenal waktu itu, Akhirnya kamu menyembah batu. Waktu kita di alam roh Berkata Allah pada nyawa, Bukankan AKu Tuhanmu segala, Betullah Tuhan itu katanya nyawa. Jadi olehmu mursyid yang utama, Yang sebenar makrifah boleh dibawa, Seperti badan dengannya nyawa, Dunia akhiran bersama-sama. Hakikat makrifat menyucikan badan, Air Maal Hayat yang menjalankan, Zikrullah yang diasyikkan, kurangkan tidur ataupun makan. Jalan hakikat bukan kepalang, Jalan disuluh semuanya terang, Zahir ddan batin semuanya lapang, Kerana Sir yang empunya pandang. Wahai saudaraku dengarlah tuan, Yang sebenar hidup itu katanya Tuhan, Kuntum yang tujuh di situlah tersimpan, Itulah pakaian Wali 9. Kuatnya tubuh itulah nyawa, Sekalian yang zahir takluk padanya, Syurga yang tujuh dia yang punya, Kepada kita menjadi rahsia. Jalan hakikat sangat terpilih, Hendaklah tahu asalnya benih, Napi di dalam hati yang putih, Makrifat kita baharulah jernih. Adapun sifat makni itu tiada bersekutu, Sifat Allah namanya itu, Tiada boleh bandingankan sesuatu, Wujud Allah namanya itu. Tuntutlah ilmu walau di mana, Amal dan ilmu tiada terhinga, Amal tanpa ilmu diazab kita, Di akhirat tiada berguna. Kejadian kita dari air yang lazat, Cahayanya seperti kilat, Tatkala asyik tiada ingat, Baharulah ada junub dan janabat. Di wadi mani manikam, Asalnya ia daripada kalam, Dengan khudrat Tuhan Halikul Alam, Yang menjadikan tubuh anak Adam. Jika begitu kita tidak mengkaji, Kepada Nabi mendapat keji, Malaikat tidak mendapat wahyu, Allah tiada mungkirkan janji. Jika tarekat hendak dibawa, Carikan guru akan petuanya, Supaya kita jangan bertuhankan nyawa, Hakikat kita tiada derhaka. Syarat rukunnya sudah diketahui, Sah batalnya demikian lagi, Amal diterima Tuhan Ilahi, Syarat rukunya sudah diketahui. Siapa beramal dengan Jahalnya, Tiada tahu sah batalnya, Amal tiada diterima Tuhanya, Di dalam neraka kekallah kita. Wahai segala saudara-saudaraku, Mengenal Kaabah biarlah tentu, Jikalau tak kenal Kaabah itu, Akhirnya kamu menyembah batu. Wahai saudara tua dan muda, Fikirkanlah kamu sentiasa, Janganlah seperti orang yang buta, Tinggal ilmu mencari harta. Hidup tiada ingat akan mati, Bersuka ria sepanjang hari, Hanya harta dapatkan diri, Tiga lapis kain kapan sahaja dia beri. Jalan hakikat bukannya kepalang, Jalan disuluh semuanya terang, Jikalau hati syak dan waham, Cahaya yang terang menjadi kelam. Wahai sekalian saudara-saudaraku, Jalan hakikat demikianlah itu, Jikalau boleh pintalah selalu, Jangan binasa sifatmu itu. Hati yang mukmin suci dan ikhlas, Laksana air di dalam gelas, Cuci hatimu seperti kapas, Makrifah kita baharulah jelas. Syariat itu martabatnya tinggi, Yang dipakai oleh Saidina Ali, Barang siapa dapat asalnya jadi, Yang bergantung tiada bertali. Syariat, tarekat terlalu mulia, Itulah pakaian Wali Ambia, Barang siapa dapat asalnya, Bolehlah membawa badan serta nyawa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar